Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS UI) terus berkampanye untuk meminimalisir jumlah konsumsi rokok agar bisa menekan angka kemiskinan dan kejadian stunting di Indonesia. Berbagai cara diupayakan, di antaranya dengan bersuara untuk menaikan harga rokok lewat tagar. . Lembaga menilai, dengan meninggikan harga jual rokok hingga Rp 60 ribu-Rp 70 ribu per bungkus, maka itu ditenggarai dapat membuat banyak orang enggan membeli  produk rokok. . Peneliti PKJS UI yang juga Kepala Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), Teguh Dartanto memperkirakan, harga rokok dalam negeri masih terlalu mudah. Ia berpendapat, bila peredaran rokok bisa dikendalikan maka itu akan menguntungkan bangsa dan negara ke depan. . “Rokok kita masih terlalu murah. Artinya, masih terlalu mudah untuk diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Kalau orang bisa mengurangi atau berhenti merokok, maka impact-nya panjang sekali, dan bisa jadi mengurangi stunting dan kemiskinan,” papar dia di Jakarta, Senin (25/6/2018). . Menurutnya, terkesan mustahil jika angka konsumsi rokok dapat turun drastis dalam waktu dekat ini. Dia menambahkan, itu merupakan proses jangka panjang, yang salah satunya bisa diawali dengan meninggikan harga rokok. . “Sebenarnya kalau membuat orang mau berhenti, ya harganya bisa dinaikan antara Rp 60-70 ribu per bungkus,” ujar dia. . Sebagai perbandingan, dia menjelaskan, terkait penjualan rokok di Jepang. Teguh menerangkan, harga rokok di sana sudah tergolong sangat mahal, bisa di atas Rp 100 ribu per bungkus. . Namun begitu, dia menambahkan, aturan tersebut tidak serta merta bisa menurunkan jumlah asap yang tersebar dari mulut perokok. Ada hal lainnya yang Negeri Sakura telah lakukan sehingga bisa mengendalikan konsumsi rokok oleh publik. . “Sebenarnya pengendalian rokok itu tidak harus mahal. seperti di Jepang, selain harga rokok mahal juga kawasan tanpa rokok di sana benar-benar straight. Karena kalau Anda merokok di luar kawasan itu dendanya lebih mahal, bisa jadi kena Rp 400 ribu,” tuturnya. . Sumber : https://m.liputan6.com/bisnis/read/3569154

Berita Medan Talk ID

Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS UI) terus berkampanye untuk meminimalisir jumlah konsumsi rokok agar bisa menekan angka kemiskinan dan kejadian stunting di Indonesia. Berbagai cara diupayakan, di antaranya dengan bersuara untuk menaikan harga rokok lewat tagar #RokokHarusMahal.
.
Lembaga menilai, dengan meninggikan harga jual rokok hingga Rp 60 ribu-Rp 70 ribu per bungkus, maka itu ditenggarai dapat membuat banyak orang enggan membeli  produk rokok.
.
Peneliti PKJS UI yang juga Kepala Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), Teguh Dartanto memperkirakan, harga rokok dalam negeri masih terlalu mudah.

Ia berpendapat, bila peredaran rokok bisa dikendalikan maka itu akan menguntungkan bangsa dan negara ke depan.
.
“Rokok kita masih terlalu murah. Artinya, masih terlalu mudah untuk diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Kalau orang bisa mengurangi atau berhenti merokok, maka impact-nya panjang sekali, dan bisa jadi mengurangi stunting dan kemiskinan,” papar dia di Jakarta, Senin (25/6/2018).
.
Menurutnya, terkesan mustahil jika angka konsumsi rokok dapat turun drastis dalam waktu dekat ini. Dia menambahkan, itu merupakan proses jangka panjang, yang salah satunya bisa diawali dengan meninggikan harga rokok.
.
“Sebenarnya kalau membuat orang mau berhenti, ya harganya bisa dinaikan antara Rp 60-70 ribu per bungkus,” ujar dia.
.
Sebagai perbandingan, dia menjelaskan, terkait penjualan rokok di Jepang. Teguh menerangkan, harga rokok di sana sudah tergolong sangat mahal, bisa di atas Rp 100 ribu per bungkus.
.
Namun begitu, dia menambahkan, aturan tersebut tidak serta merta bisa menurunkan jumlah asap yang tersebar dari mulut perokok. Ada hal lainnya yang Negeri Sakura telah lakukan sehingga bisa mengendalikan konsumsi rokok oleh publik.
.
“Sebenarnya pengendalian rokok itu tidak harus mahal. seperti di Jepang, selain harga rokok mahal juga kawasan tanpa rokok di sana benar-benar straight. Karena kalau Anda merokok di luar kawasan itu dendanya lebih mahal, bisa jadi kena Rp 400 ribu,” tuturnya.
.
Sumber :
https://m.liputan6.com/bisnis/read/3569154
#Medan #Berita #Rokok #Keendalikan #Biaya #MedanTalk

Berita Cerita Kota Medan

[if-insta-embed-video]

[/if-insta-embed-video]

Untuk informasi pasang iklan , cek halaman sponsors Untuk informasi lowongan kerja cek www.KarirGram.com

Untuk informasi kuliner sedunia, cek www.MakanTalk.com

Untuk informasi property Medan, tips dan inspirasi cek www.RumahTalk.com

Untuk informasi otomotif dan video viral otomotif, cek www.OtomTalk.com

Follow our social media: Instagram , Facebook & Twitter @medantalk for instant updates and please share our posts

Leave a Reply